7 Sosok Pahlawan Wanita Indonesia Lengkap dengan Profilnya
Tanggal 10 November diperingati setiap tahunnya sebagai Hari Pahlawan. Kurangnya kemerdekaan yang diraih Indonesia di masa lalu tidak lepas dari karya pahlawan. Para pahlawan banyak berjasa dan berkorban demi tegaknya bangsa. Berbicara tentang pahlawan tidak selalu laki-laki, ada juga pahlawan perempuan. Salah satu pahlawan yang terkenal adalah Raden Ajeng (RA) Kartini. Sosok RA Kartini dikenal sebagai sosok tangguh yang memperjuangkan nilai-nilai perempuan. Srikandi asal Rembang, Jawa Tengah ini dikenal sebagai sosok perempuan tangguh, cerdas, rajin, dan menjadi kebanggaan perempuan se-Indonesia.
Sejak kecil, Kartini mengenyam pendidikan sekolah dasar dari École Europeesche Lagere (ELS). Kemudian, pada usia 12 hingga 16 tahun, Kartini harus mendekam di sel isolasi.
Namun semangatnya dalam memperjuangkan pembebasan perempuan ditunjukkan melalui tulisan-tulisannya yang menggambarkan harapannya bagi kemajuan perempuan Indonesia. Tulisan-tulisan ini kemudian dicatat dengan judul Saat Kegelapan Terang.
Ternyata di Indonesia yang jadi pahlawan bukan hanya RA Kartini saja. Menurut penuturan, ada tujuh pahlawan Indonesia. Berikut ulasan detail dan profilnya. 7 Pahlawan Indonesia dan Profilnya
1. Dewi Sartika
Dewi Sartika lahir di Bandung pada tahun 1884. Orang tuanya diusir dari Ternate karena menentang pemerintah Hindia Belanda. Akhirnya Dewi diberikan kepada pamannya, Patih Aria dan Cicalengka. Seperti Kartini, Dewi hanya bersekolah di sekolah dasar. Namun semangatnya terhadap pendidikan perempuan mendorongnya untuk mendirikan sekolah istri pada tahun 1904 yang disponsori oleh RAA Martanegara di Den Hamer. Pada mulanya murid Dewi Sartika hanya berjumlah dua puluh orang. Kegiatan belajar mengajar juga dilaksanakan di ruangan yang sama Kantor Patriarkat Bandung. Di sana, perempuan belajar menulis, membaca, berhitung, menjahit, menenun dan beberapa ajaran agama.
Karena terus berkembang, pada tahun 1910 sekolah tersebut berganti nama menjadi Sekolah Kautamaan Istri. Sekolah ini berhasil menjadi inspirasi bagi sekolah putri di daerah lain.
Akhirnya, selama Perang Kemerdekaan, represi militer mengakhiri proses belajar mengajar di sekolah. Dewi Sartika melarikan diri ke Cinean, Jawa Barat dan meninggal pada tahun 1947.
2. kata Rasuna
Salah satu wanita hebat Maninjau, Sumatera Barat, adalah Hj Rangkayo Rasuna Said. Rasuna Said bersekolah di Pondok Pesantren Ar-Rasyidiyah dan dilanjutkan di Sekolah Putri Diniyah Padang Panjang. Sejak bersekolah di sekolah Islam, Rasuna Said telah mengajar perempuan. Ia sangat ingin menerapkan pendekatan politik dalam kegiatan belajar mengajar tersebut. Namun karena ditolak, akhirnya ia memutuskan untuk berkomitmen pada negara.
Rasuna Said mendirikan Persatuan Umat Islam Indonesia (PERMI) di Bukittinggi pada tahun 1930. Ia berhasil memimpin gerakan nasional dan berani bersuara menentang pemerintah Hindia Belanda, termasuk menulis.
Rasuna mengatakan dia ditangkap pada tahun 1932. Namun setelah dibebaskan pada tahun 1935, ia menjadi editor Majalah Raya dan Majalah Menara Puteri di Medan.
3. Berikan Ageng Serang
Nyi Ageng Serang Raden Ajeng Kustiyah Wulaningsih Retno Edhi lahir, putri Pangeran Natapraja, raja Serang yang merupakan bagian dari kerajaan Mataram.
Sepeninggal ayahnya, Nyi Ageng Serang menggantikan ayahnya. Nyi Ageng Serang dikenal dekat dengan rakyatnya.
Amir Hendarsah menulis dalam buku Kisah Pahlawan Pahlawan Nasional bahwa Nyi Ageng Serang kerap menggunakan taktik halus dalam melawan Belanda. Ketika Pertempuran Diponegoro terjadi, Nyi Ageng Serang ikut berperang melawan Belanda. Meski usianya sudah 73 tahun dan terbaring di ranjang, Nyi Ageng Serang membantu pasukan Pangeran Diponegoro berperang selama 3 tahun. Pada usia 86 tahun, Nyi Ageng Serang akhirnya meninggal dunia. Namun hingga akhir hayatnya, Serang tetap menjadi wilayah bebas penjajahan Belanda. 4. Andi Depu
Andi Depu Maradia Balanipa est une femme née à Tinambung, Polewali Mandar, Sulawesi occidental. Andi Depu adalah putri Mandar yang terkenal dan istri Raja Balanipa.
Dalam buku Kisah Sang Penantang karya Ahmad M Sewang dkk, Andi Depu yang tidak setuju dengan pandangan suaminya memutuskan keluar dari zona nyamannya. Andi Depu anti Belanda dan pro kemerdekaan Indonesia. Penentangannya diungkapkan melalui pembentukan Dinas Rahasia Muda Islam yang disebut KRIS Muda. KRIS Muda lahir setelah kampanye kemerdekaan Indonesia sebagai kelanjutan dari kelompok anti penjajah yaitu Amman Wewang dan Ammana Pattowali. Pada masa pendudukan Jepang, KRIS muda mampu merebut senjata Jepang dan mengibarkan bendera Merah Putih.
5. Martha Christina Tiahahu
Martha Christina Tiahahu adalah putri Kapitan Paulus Tiahahu dari Abubu, Maluku Tengah. Sejak remaja Martha sudah berani angkat senjata melawan tentara Belanda.
Dalam buku berjudul Inspirasi Pahlawan Indonesia: Martha Christina Tiahahu Seorang Pemimpin Militer dari Maluku yang ditulis oleh Hafidz Muftisany, pada tahun 1817, Martha turut serta membantu pasukan Thomas Matulessy dalam pertempuran Pattimura. Keberaniannya terkenal di kalangan pahlawan.
Sayangnya, saat terjadi pertempuran sengit di Desa Wulas yang terletak di sebelah tenggara Pulau Saparua, ayah Martha tertembak dan tewas. Saat berusaha menyelamatkan ayahnya, Martha ditangkap dan diasingkan ke pulau Jawa.
Martha Christina Tiahahu kemudian meninggal di kapal Eversten pada tanggal 2 Januari 1818. 6. Potong dagingnya
Cut Nyak Dien lahir di Lampadang, Aceh pada tahun 1848. Dikutip dari Cut Nyak Dien (1850-1908) hingga R.A. Kartini (1878-1909) karya Toto Sugiarto dkk, kita mengetahui bahwa Cut Nyak Dien menikah dengan Teuku Umar pada tahun 1880.
Bersama Teuku Umar, Cut Nyak Dien sukses meraih kemenangan dengan menyerang dan mengusir Belanda. Namun pada tahun 1899, Teuku Umar meninggal dunia. Peristiwa ini turut memacu semangat Cut Nyak Dien untuk mengusir penjajah. Pada tahun 1905, Cut Nyak Dien ditangkap Belanda dan setahun kemudian dideportasi ke Sumedang karena dianggap mengancam keamanan. Dua tahun kemudian, Cut Nyak Dien akhirnya meninggal dunia dan dimakamkan di Gunung Puyuh, Sumedang, Jawa Barat. Atas karyanya tersebut, pemerintah Indonesia mengabadikan nama Cut Nyak Dien sebagai kapal perang Republik Indonesia, KRI Cut Nyak Dien.
7. Maria Walanda Maramis
Maria Walanda Maramis lahir di Kema, Sulawesi Utara pada tahun 1872. Maria diperbolehkan bersekolah hingga sekolah dasar. Melihat nasib yang sama seperti gadis-gadis lain di daerahnya, Maria memberanikan diri membantu perempuan Minahasa mencapai impiannya.
Mengutip buku Cinta Pahlawan Nasional Indonesia: Mengakui & Meniru Karya Pranadipta Mahawira, Maria mulai berinteraksi dengan akademisi. Pada tahun 1890, ia menikah dengan seorang profesor bernama Joseph Frederick Calusung Walanda.
Pada tahun 1917, Maria mendirikan Kasih Ibu kepada Anaknya (PIKAT) untuk memberikan pendidikan sekolah dasar bagi perempuan. Berkat kerja keras dan ambisi Maria, kelompok PIKAT berhasil memperluas wilayah Jawa dan Kalimantan.
Kisah tujuh pahlawan yang berjuang demi kemerdekaan Indonesia. Semoga menambah pengetahuan!
Tanggal 10 November diperingati setiap tahunnya sebagai Hari Pahlawan. Kurangnya kemerdekaan yang diraih Indonesia di masa lalu tidak lepas dari karya pahlawan. Para pahlawan banyak berjasa dan berkorban demi tegaknya bangsa. Berbicara tentang pahlawan tidak selalu laki-laki, ada juga pahlawan perempuan. Salah satu pahlawan yang terkenal adalah Raden Ajeng (RA) Kartini. Sosok RA Kartini dikenal sebagai sosok tangguh yang memperjuangkan nilai-nilai perempuan. Srikandi asal Rembang, Jawa Tengah ini dikenal sebagai sosok perempuan tangguh, cerdas, rajin, dan menjadi kebanggaan perempuan se-Indonesia.
Sejak kecil, Kartini mengenyam pendidikan sekolah dasar dari École Europeesche Lagere (ELS). Kemudian, pada usia 12 hingga 16 tahun, Kartini harus mendekam di sel isolasi.
Namun semangatnya dalam memperjuangkan pembebasan perempuan ditunjukkan melalui tulisan-tulisannya yang menggambarkan harapannya bagi kemajuan perempuan Indonesia. Tulisan-tulisan ini kemudian dicatat dengan judul Saat Kegelapan Terang.
Ternyata di Indonesia yang jadi pahlawan bukan hanya RA Kartini saja. Menurut penuturan, ada tujuh pahlawan Indonesia. Berikut ulasan detail dan profilnya. 7 Pahlawan Indonesia dan Profilnya
1. Dewi Sartika
Dewi Sartika lahir di Bandung pada tahun 1884. Orang tuanya diusir dari Ternate karena menentang pemerintah Hindia Belanda. Akhirnya Dewi diberikan kepada pamannya, Patih Aria dan Cicalengka. Seperti Kartini, Dewi hanya bersekolah di sekolah dasar. Namun semangatnya terhadap pendidikan perempuan mendorongnya untuk mendirikan sekolah istri pada tahun 1904 yang disponsori oleh RAA Martanegara di Den Hamer. Pada mulanya murid Dewi Sartika hanya berjumlah dua puluh orang. Kegiatan belajar mengajar juga dilaksanakan di ruangan yang sama Kantor Patriarkat Bandung. Di sana, perempuan belajar menulis, membaca, berhitung, menjahit, menenun dan beberapa ajaran agama.
Karena terus berkembang, pada tahun 1910 sekolah tersebut berganti nama menjadi Sekolah Kautamaan Istri. Sekolah ini berhasil menjadi inspirasi bagi sekolah putri di daerah lain.
Akhirnya, selama Perang Kemerdekaan, represi militer mengakhiri proses belajar mengajar di sekolah. Dewi Sartika melarikan diri ke Cinean, Jawa Barat dan meninggal pada tahun 1947.
2. kata Rasuna
Salah satu wanita hebat Maninjau, Sumatera Barat, adalah Hj Rangkayo Rasuna Said. Rasuna Said bersekolah di Pondok Pesantren Ar-Rasyidiyah dan dilanjutkan di Sekolah Putri Diniyah Padang Panjang. Sejak bersekolah di sekolah Islam, Rasuna Said telah mengajar perempuan. Ia sangat ingin menerapkan pendekatan politik dalam kegiatan belajar mengajar tersebut. Namun karena ditolak, akhirnya ia memutuskan untuk berkomitmen pada negara.
Rasuna Said mendirikan Persatuan Umat Islam Indonesia (PERMI) di Bukittinggi pada tahun 1930. Ia berhasil memimpin gerakan nasional dan berani bersuara menentang pemerintah Hindia Belanda, termasuk menulis.
Rasuna mengatakan dia ditangkap pada tahun 1932. Namun setelah dibebaskan pada tahun 1935, ia menjadi editor Majalah Raya dan Majalah Menara Puteri di Medan.
3. Berikan Ageng Serang
Nyi Ageng Serang Raden Ajeng Kustiyah Wulaningsih Retno Edhi lahir, putri Pangeran Natapraja, raja Serang yang merupakan bagian dari kerajaan Mataram.
Sepeninggal ayahnya, Nyi Ageng Serang menggantikan ayahnya. Nyi Ageng Serang dikenal dekat dengan rakyatnya.
Amir Hendarsah menulis dalam buku Kisah Pahlawan Pahlawan Nasional bahwa Nyi Ageng Serang kerap menggunakan taktik halus dalam melawan Belanda. Ketika Pertempuran Diponegoro terjadi, Nyi Ageng Serang ikut berperang melawan Belanda. Meski usianya sudah 73 tahun dan terbaring di ranjang, Nyi Ageng Serang membantu pasukan Pangeran Diponegoro berperang selama 3 tahun. Pada usia 86 tahun, Nyi Ageng Serang akhirnya meninggal dunia. Namun hingga akhir hayatnya, Serang tetap menjadi wilayah bebas penjajahan Belanda. 4. Andi Depu
Andi Depu Maradia Balanipa est une femme née à Tinambung, Polewali Mandar, Sulawesi occidental. Andi Depu adalah putri Mandar yang terkenal dan istri Raja Balanipa.
Dalam buku Kisah Sang Penantang karya Ahmad M Sewang dkk, Andi Depu yang tidak setuju dengan pandangan suaminya memutuskan keluar dari zona nyamannya. Andi Depu anti Belanda dan pro kemerdekaan Indonesia. Penentangannya diungkapkan melalui pembentukan Dinas Rahasia Muda Islam yang disebut KRIS Muda. KRIS Muda lahir setelah kampanye kemerdekaan Indonesia sebagai kelanjutan dari kelompok anti penjajah yaitu Amman Wewang dan Ammana Pattowali. Pada masa pendudukan Jepang, KRIS muda mampu merebut senjata Jepang dan mengibarkan bendera Merah Putih.
5. Martha Christina Tiahahu
Martha Christina Tiahahu adalah putri Kapitan Paulus Tiahahu dari Abubu, Maluku Tengah. Sejak remaja Martha sudah berani angkat senjata melawan tentara Belanda.
Dalam buku berjudul Inspirasi Pahlawan Indonesia: Martha Christina Tiahahu Seorang Pemimpin Militer dari Maluku yang ditulis oleh Hafidz Muftisany, pada tahun 1817, Martha turut serta membantu pasukan Thomas Matulessy dalam pertempuran Pattimura. Keberaniannya terkenal di kalangan pahlawan.
Sayangnya, saat terjadi pertempuran sengit di Desa Wulas yang terletak di sebelah tenggara Pulau Saparua, ayah Martha tertembak dan tewas. Saat berusaha menyelamatkan ayahnya, Martha ditangkap dan diasingkan ke pulau Jawa.
Martha Christina Tiahahu kemudian meninggal di kapal Eversten pada tanggal 2 Januari 1818. 6. Potong dagingnya
Cut Nyak Dien lahir di Lampadang, Aceh pada tahun 1848. Dikutip dari Cut Nyak Dien (1850-1908) hingga R.A. Kartini (1878-1909) karya Toto Sugiarto dkk, kita mengetahui bahwa Cut Nyak Dien menikah dengan Teuku Umar pada tahun 1880.
Bersama Teuku Umar, Cut Nyak Dien sukses meraih kemenangan dengan menyerang dan mengusir Belanda. Namun pada tahun 1899, Teuku Umar meninggal dunia. Peristiwa ini turut memacu semangat Cut Nyak Dien untuk mengusir penjajah. Pada tahun 1905, Cut Nyak Dien ditangkap Belanda dan setahun kemudian dideportasi ke Sumedang karena dianggap mengancam keamanan. Dua tahun kemudian, Cut Nyak Dien akhirnya meninggal dunia dan dimakamkan di Gunung Puyuh, Sumedang, Jawa Barat. Atas karyanya tersebut, pemerintah Indonesia mengabadikan nama Cut Nyak Dien sebagai kapal perang Republik Indonesia, KRI Cut Nyak Dien.
7. Maria Walanda Maramis
Maria Walanda Maramis lahir di Kema, Sulawesi Utara pada tahun 1872. Maria diperbolehkan bersekolah hingga sekolah dasar. Melihat nasib yang sama seperti gadis-gadis lain di daerahnya, Maria memberanikan diri membantu perempuan Minahasa mencapai impiannya.
Mengutip buku Cinta Pahlawan Nasional Indonesia: Mengakui & Meniru Karya Pranadipta Mahawira, Maria mulai berinteraksi dengan akademisi. Pada tahun 1890, ia menikah dengan seorang profesor bernama Joseph Frederick Calusung Walanda.
Pada tahun 1917, Maria mendirikan Kasih Ibu kepada Anaknya (PIKAT) untuk memberikan pendidikan sekolah dasar bagi perempuan. Berkat kerja keras dan ambisi Maria, kelompok PIKAT berhasil memperluas wilayah Jawa dan Kalimantan.
Kisah tujuh pahlawan yang berjuang demi kemerdekaan Indonesia. Semoga menambah pengetahuan!
No comments: