Kampung Kubur Kini Jadi Kampung Sejahtera, Dulu Sarang Narkoba
Kampung Kubur sebelumnya dikenal sebagai pusat peredaran atau tempat persembunyian narkoba. Lambat laun, tempat itu menjadi Kampung Sejahtera. Terletak di Kelurahan Petisah Tengah, Kecamatan Medan Petisah, Kota Medan, desa ini mempunyai luas sekitar 2 hektar dan dihuni oleh ratusan keluarga. Kampung Sejahtera dengan lingkungan bersih dan berbagai pelayanan yang baik. Transformasi dari Kampung Kubur ke Kampung Sejahtera merupakan kemitraan atau kerja sama antara pemerintah daerah, tokoh masyarakat, dan warga setempat.
Asal Usul Nama Kampung Kubur
Menurut Munusami (63), salah satu umat beragama asal Kampung Sejahtera, nama Kampung Kubur sendiri berasal dari keberadaan kuburan Muslim India di desa tersebut. \"Karena di dalam ada kuburan. Kuburan Muslim India di depan. “Di desa ini ada kuburan, namanya Kampung Kubur,” jelas Munusami, ditemui di kediamannya baru-baru ini.
Karena dikenal sebagai pusat perdagangan narkoba di kota Medan, maka nama Kampung Kubur dikaitkan dengan sejarah kelam kota tersebut seperti kamp narkoba, perjudian dan banyaknya konflik antar masyarakat yang tinggal. Kisah Buruk Kampung Kubur
Perdagangan narkoba yang saat itu marak di Kampung Kubur masih membekas di benak warga Medan. Hal ini memberikan kesan bahwa Kampung Kubur memiliki citra yang buruk di masyarakat. Menurut Aminoer Rasyid, mantan pemilik narkoba yang menjadi aktivis dan ketua P3KS atau Perkumpulan Pemuda-Pemuda Kampung Sejahtera, awal mula pergerakan narkoba di desa ini dimulai pada tahun 1980-an.
\"Awalnya itu ganja, tidak ada yang terjadi lagi. Itu terjadi di tahun 80an dan 90an. Jadi kalau kita menghisap ganja di pinggir jalan kota, itu bukan masalah besar. Abaikan saja semuanya, tidak apa-apa,” kata Rasid.
“Nah, mulai tahun 1998 sabu masuk,” imbuhnya. Saat itu, perkembangan jaringan sabu di masa krisis keuangan yang melanda Indonesia sangat pesat. Rashid mengaku dirinya termasuk salah satu orang yang terjerumus ke dunia jahat ini. “Tak lama kemudian, terus bertambah. Termasuk saya, salah satu pemainnya juga, pencuri di sana. Jadi saya mau makan dari sana,” jelasnya.
Menurutnya, pada tahun 2005, negara terkena dampak buruk dari barang-barang korup tersebut. Saat itu, Kampung Kubur menjadi sarang pecandu narkoba di Kota Medan.
“Pada tahun 2005, kota ini mulai terlihat seperti Las Vegas. “Tumbuhnya bebas,” katanya.
Ia menambahkan, “Parahnya lagi, tidak mungkin masyarakat di Medan tidak mengetahui tentang Kampung Kubur, semua pecandu narkoba akan datang ke kota ini.” Perjudian mulai tumbuh di Kampung Kubur
Tidak hanya narkoba, perjudian juga masuk ke kota ini antara tahun 2007 dan 2010. Hal ini membuat reputasi kota ini semakin buruk di masyarakat. “Nah, dari tahun 2007 sampai 2010 itu ada yang namanya perjudian. Jadi orang masuk jackpot. Jackpot ini menghancurkan negara. “Selama 24 jam ini, kota ini menjadi hidup tanpa henti,” katanya. Dengan kacaunya kehidupan masyarakat akibat narkoba dan perjudian, banyak terjadi konflik antar warga. Diakui Rashid, saat itu dirinya dan warga kota lainnya tengah dilanda kericuhan sehari-hari. “Saya setiap hari harus bawa pisau, harus berkelahi dengan orang, rumah saya dilempari batu, macam-macam,” jelasnya. Meski begitu, Rasyid menjelaskan tidak semua warga Kampung Kubur terlibat dalam bisnis jahat tersebut. Beberapa orang masih memiliki pekerjaan lain, terutama di bidang bisnis. Hal ini membuat warga desa resah dan resah.
“Dan kami menyebutnya desa, tidak semua orang mau makan di sana. Ada juga pedagang, ada juga pekerja. Oleh karena itu ada kekhawatiran di antara mereka yang tidak ikut serta dalam pengobatan ini. Masalah ini belum selesai,” ujarnya.
Titik terang kota Kubur untuk menjadi kota sejahtera
Situasi di Kampung Kubur kini mulai menunjukkan perubahan positif berkat upaya bersama pemerintah, aparat keamanan, tokoh masyarakat, dan warga sekitar. Salah satu orang yang berperan penting dalam perubahan ini adalah Rasid. Bersama Persatuan Pemuda Kampung Sejahtera (P3KS), ia berupaya memberdayakan masyarakat dengan berbagai program untuk meningkatkan kesejahteraan warga, pendidikan, dan lingkungan. Berbagai upaya telah dilakukan untuk memberantas narkoba di negeri ini dan mengubah kejahatan yang merajalela di negara ini. Salah satunya perubahan nama dari Kampung Kubur menjadi Kampung Sejahtera, menjadi pertanda adanya harapan dan semangat baru bagi warga. Kini, Kampung Sejahtera menjadi desa yang bersih dan bersahabat. Acara komunitas juga penuh dengan kegiatan menarik, seperti olahraga, seni, dan makanan.
Rashid mengaku banyak orang lain yang membantunya untuk membawa perubahan di masyarakat. Mereka memulainya dari langkah kecil untuk mengubah citra Kampung Kubur menjadi lebih baik. “Filosofi sapu itu kuat. Nah, disitulah letak kekuatan kami. Program asli yang dihasilkan pun tidak banyak. Setiap minggunya, kami mencoba bekerja sama. Bersihkan kota,” kata Rashid.
Aktivitas mereka kemudian menarik perhatian Wali Kota Medan Bobby Nasution. Rashid mengatakan itu bukan pertanyaan mudah.
\"Butuh waktu lama untuk menarik perhatian Pak Bobby. “Menyatukan masyarakat untuk bekerja sama bukanlah hal yang mudah,” ujarnya.
Tim dan Munusami mencoba menelusuri desa yang kini berganti nama menjadi Kampung Sejahtera. Negara ini sangat beragam karena kita melihat perbedaan suku dan agama di antara penduduknya.
“Ini adalah negara multi-etnis. “Nah, di sini juga ada suku Indian, ada suku Batak, ada suku Jawa, di sini semuanya campur aduk, dan agamanya berbeda-beda, dari agama saya, Budha, Hindu, hingga Islam,” kata Munusami.
Saat Anda berjalan-jalan, Anda melihat sebuah lapangan di mana banyak anak-anak bermain sepak bola di tepi sungai. Menurut Munusami, taman merupakan tempat berkumpulnya masyarakat saat acara kemasyarakatan.
Pada dinding di samping taman terdapat lukisan bertuliskan “Kampung Sejahtera”. Munusami menjelaskan, di sana juga menjadi tempat dibangunnya semangat masyarakat, perjuangan banyak kelompok untuk membasmi kejahatan di negeri ini. . Rashid juga menambahkan, stigma yang selama ini digunakan masyarakat ini semakin berkurang. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya warga Kampung Sejahtera yang tidak bisa bekerja dimanapun karena tinggal di Kampung Kubur, kini ada pula yang menerima bekerja di perusahaan lain. “Cambridge (pusat perbelanjaan dekat Kampung Kubur) tidak menerima anak-anak desa hingga usia 10 tahun. Pihaknya (Cambridge) tidak mau mempekerjakan orang-orang kami di sini,” ujarnya. Setelah berolahraga dengan melakukan berbagai aktivitas positif, masyarakat menjadi lebih percaya diri dalam membangun kehidupan yang sehat dan lebih baik. Rashid turut andil dalam proses perubahan negeri ini melalui berbagai program yang ia usulkan. “Melalui program kami, Alhamdulillah. Sudah ada 6 orang yang bekerja di sana hari ini. Artinya mata-mata asing tidak lagi menganggap kita sebagai “narkoba” atau bukan. “Jadi alhamdulillah perubahan image itu terjadi dalam kurun waktu satu tahun,” ucapnya gembira.
Kampung Kubur sebelumnya dikenal sebagai pusat peredaran atau tempat persembunyian narkoba. Lambat laun, tempat itu menjadi Kampung Sejahtera. Terletak di Kelurahan Petisah Tengah, Kecamatan Medan Petisah, Kota Medan, desa ini mempunyai luas sekitar 2 hektar dan dihuni oleh ratusan keluarga. Kampung Sejahtera dengan lingkungan bersih dan berbagai pelayanan yang baik. Transformasi dari Kampung Kubur ke Kampung Sejahtera merupakan kemitraan atau kerja sama antara pemerintah daerah, tokoh masyarakat, dan warga setempat.
Asal Usul Nama Kampung Kubur
Menurut Munusami (63), salah satu umat beragama asal Kampung Sejahtera, nama Kampung Kubur sendiri berasal dari keberadaan kuburan Muslim India di desa tersebut. \"Karena di dalam ada kuburan. Kuburan Muslim India di depan. “Di desa ini ada kuburan, namanya Kampung Kubur,” jelas Munusami, ditemui di kediamannya baru-baru ini.
Karena dikenal sebagai pusat perdagangan narkoba di kota Medan, maka nama Kampung Kubur dikaitkan dengan sejarah kelam kota tersebut seperti kamp narkoba, perjudian dan banyaknya konflik antar masyarakat yang tinggal. Kisah Buruk Kampung Kubur
Perdagangan narkoba yang saat itu marak di Kampung Kubur masih membekas di benak warga Medan. Hal ini memberikan kesan bahwa Kampung Kubur memiliki citra yang buruk di masyarakat. Menurut Aminoer Rasyid, mantan pemilik narkoba yang menjadi aktivis dan ketua P3KS atau Perkumpulan Pemuda-Pemuda Kampung Sejahtera, awal mula pergerakan narkoba di desa ini dimulai pada tahun 1980-an.
\"Awalnya itu ganja, tidak ada yang terjadi lagi. Itu terjadi di tahun 80an dan 90an. Jadi kalau kita menghisap ganja di pinggir jalan kota, itu bukan masalah besar. Abaikan saja semuanya, tidak apa-apa,” kata Rasid.
“Nah, mulai tahun 1998 sabu masuk,” imbuhnya. Saat itu, perkembangan jaringan sabu di masa krisis keuangan yang melanda Indonesia sangat pesat. Rashid mengaku dirinya termasuk salah satu orang yang terjerumus ke dunia jahat ini. “Tak lama kemudian, terus bertambah. Termasuk saya, salah satu pemainnya juga, pencuri di sana. Jadi saya mau makan dari sana,” jelasnya.
Menurutnya, pada tahun 2005, negara terkena dampak buruk dari barang-barang korup tersebut. Saat itu, Kampung Kubur menjadi sarang pecandu narkoba di Kota Medan.
“Pada tahun 2005, kota ini mulai terlihat seperti Las Vegas. “Tumbuhnya bebas,” katanya.
Ia menambahkan, “Parahnya lagi, tidak mungkin masyarakat di Medan tidak mengetahui tentang Kampung Kubur, semua pecandu narkoba akan datang ke kota ini.” Perjudian mulai tumbuh di Kampung Kubur
Tidak hanya narkoba, perjudian juga masuk ke kota ini antara tahun 2007 dan 2010. Hal ini membuat reputasi kota ini semakin buruk di masyarakat. “Nah, dari tahun 2007 sampai 2010 itu ada yang namanya perjudian. Jadi orang masuk jackpot. Jackpot ini menghancurkan negara. “Selama 24 jam ini, kota ini menjadi hidup tanpa henti,” katanya. Dengan kacaunya kehidupan masyarakat akibat narkoba dan perjudian, banyak terjadi konflik antar warga. Diakui Rashid, saat itu dirinya dan warga kota lainnya tengah dilanda kericuhan sehari-hari. “Saya setiap hari harus bawa pisau, harus berkelahi dengan orang, rumah saya dilempari batu, macam-macam,” jelasnya. Meski begitu, Rasyid menjelaskan tidak semua warga Kampung Kubur terlibat dalam bisnis jahat tersebut. Beberapa orang masih memiliki pekerjaan lain, terutama di bidang bisnis. Hal ini membuat warga desa resah dan resah.
“Dan kami menyebutnya desa, tidak semua orang mau makan di sana. Ada juga pedagang, ada juga pekerja. Oleh karena itu ada kekhawatiran di antara mereka yang tidak ikut serta dalam pengobatan ini. Masalah ini belum selesai,” ujarnya.
Titik terang kota Kubur untuk menjadi kota sejahtera
Situasi di Kampung Kubur kini mulai menunjukkan perubahan positif berkat upaya bersama pemerintah, aparat keamanan, tokoh masyarakat, dan warga sekitar. Salah satu orang yang berperan penting dalam perubahan ini adalah Rasid. Bersama Persatuan Pemuda Kampung Sejahtera (P3KS), ia berupaya memberdayakan masyarakat dengan berbagai program untuk meningkatkan kesejahteraan warga, pendidikan, dan lingkungan. Berbagai upaya telah dilakukan untuk memberantas narkoba di negeri ini dan mengubah kejahatan yang merajalela di negara ini. Salah satunya perubahan nama dari Kampung Kubur menjadi Kampung Sejahtera, menjadi pertanda adanya harapan dan semangat baru bagi warga. Kini, Kampung Sejahtera menjadi desa yang bersih dan bersahabat. Acara komunitas juga penuh dengan kegiatan menarik, seperti olahraga, seni, dan makanan.
Rashid mengaku banyak orang lain yang membantunya untuk membawa perubahan di masyarakat. Mereka memulainya dari langkah kecil untuk mengubah citra Kampung Kubur menjadi lebih baik. “Filosofi sapu itu kuat. Nah, disitulah letak kekuatan kami. Program asli yang dihasilkan pun tidak banyak. Setiap minggunya, kami mencoba bekerja sama. Bersihkan kota,” kata Rashid.
Aktivitas mereka kemudian menarik perhatian Wali Kota Medan Bobby Nasution. Rashid mengatakan itu bukan pertanyaan mudah.
\"Butuh waktu lama untuk menarik perhatian Pak Bobby. “Menyatukan masyarakat untuk bekerja sama bukanlah hal yang mudah,” ujarnya.
Tim dan Munusami mencoba menelusuri desa yang kini berganti nama menjadi Kampung Sejahtera. Negara ini sangat beragam karena kita melihat perbedaan suku dan agama di antara penduduknya.
“Ini adalah negara multi-etnis. “Nah, di sini juga ada suku Indian, ada suku Batak, ada suku Jawa, di sini semuanya campur aduk, dan agamanya berbeda-beda, dari agama saya, Budha, Hindu, hingga Islam,” kata Munusami.
Saat Anda berjalan-jalan, Anda melihat sebuah lapangan di mana banyak anak-anak bermain sepak bola di tepi sungai. Menurut Munusami, taman merupakan tempat berkumpulnya masyarakat saat acara kemasyarakatan.
Pada dinding di samping taman terdapat lukisan bertuliskan “Kampung Sejahtera”. Munusami menjelaskan, di sana juga menjadi tempat dibangunnya semangat masyarakat, perjuangan banyak kelompok untuk membasmi kejahatan di negeri ini. . Rashid juga menambahkan, stigma yang selama ini digunakan masyarakat ini semakin berkurang. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya warga Kampung Sejahtera yang tidak bisa bekerja dimanapun karena tinggal di Kampung Kubur, kini ada pula yang menerima bekerja di perusahaan lain. “Cambridge (pusat perbelanjaan dekat Kampung Kubur) tidak menerima anak-anak desa hingga usia 10 tahun. Pihaknya (Cambridge) tidak mau mempekerjakan orang-orang kami di sini,” ujarnya. Setelah berolahraga dengan melakukan berbagai aktivitas positif, masyarakat menjadi lebih percaya diri dalam membangun kehidupan yang sehat dan lebih baik. Rashid turut andil dalam proses perubahan negeri ini melalui berbagai program yang ia usulkan. “Melalui program kami, Alhamdulillah. Sudah ada 6 orang yang bekerja di sana hari ini. Artinya mata-mata asing tidak lagi menganggap kita sebagai “narkoba” atau bukan. “Jadi alhamdulillah perubahan image itu terjadi dalam kurun waktu satu tahun,” ucapnya gembira.
No comments: