Mengenal Deureuham, Mata Uang Emas dari Kerajaan Samudera Pasai
Dahulu sebelum mengenal uang sebagai alat tukar, bangsa Indonesia melakukan proses barter atau saling tukar menukar untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Namun seiring berkembangnya waktu, transaksi tidak lagi dilakukan secara barter karena telah mengenal sistem takaran, timbangan, dan mata uang.
Sejumlah kerajaan di bagian pantai timur Sumatera Hindia-Belanda telah menggunakan mata uang tertentu sebagai alat tukar perdagangan. Contohnya adalah deureuham yang merupakan mata uang emas pertama tertua di Nusantara.
Sejarah Deureuham
Dikutip dari buku Deureuham Aceh: Mata Uang Emas Tertua di Nusantara, Deureuham pertama kali ditemukan di Kerajaan Samudera Pasai pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Malik Al-Zahir (1297-1326 M). Kerajaan Aceh meniru mata uang deureuham setelah berhasil menaklukkan Samudera Pasai pada tahun 1624 M.
Kerajaan Aceh baru mengeluarkan mata uang emas sendiri pada masa pemerintahan Sultan Alaudin Riayatsyah Al-Kahar (1537-1568 M). Suatu hari Sultan Al-Kahar mengirim seorang utusan kepada Sultan Turki, hal yang sama juga dilakukan Sultan Turki dengan mengirim utusan ke Aceh.
Kepada orang-orang Turki ini Sultan Al-Kahar meminta dibuatkan mata uang emas dengan nama deureuham. Mutu emas yang akan ditukar harus memenuhi syarat yaitu sikureueng mutu (Sembilan mutu).
Bentuk Deureuham
Baik mata uang deureuham yang berasal dari Kerajaan Samudera Pasai maupun Kerajaan Aceh sama-sama berbentuk bulat, kecil, tipis, berdiameter 1 cm, memiliki berat tidak lebih dari 9 grein Inggris (1 grein = 0,583 gram) dan umumnya terbuat dari emas 18 karat.
Terdapat huruf-huruf pada kedua sisi deureuham yang dicetak timbul dengan aksara Arab yang relatif kasar. Di sisi depan deureuham terdapat nama Sultan dengan gelar Malik az-Zahir. Gelar ini berlaku pada deureuham dari Kerajaan Pasai maupun deureuham dari Kerajaan Aceh. Hal ini dikarenakan sultan-sultan Kerajaan Aceh meniru kebiasaan sultan-sultan Kerajaan Pasai dengan mencantumkan gelar Malik az-Zahir pada deureuham mereka.
Namun pada masa pemerintahan Sultan Ali Riayat Syah (1571-1579 M) deureuham tidak lagi menggunakan gelar ini lagi.
Di sisi belakang deureuham terdapat tulisan berbentuk ungkapan yang berbunyi as sultan al adil, seperti deureuham Kerajaan Pasai. Ungkapan ini juga masih digunakan hingga masa pemerintahan Sultan Alaiddin Riayat Syah Al-Mukammil (1589-1604 M). Akan tetapi pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1636 M) ungkapan ini tidak digunakan lagi.
Produksi deureuham berhenti pada masa pemerintahan Tajul Alam Safiatuddin Syah. Sesudah pemerintahan Tajul Alam Safiatuddin Syah, tidak ada lagi sultan yang menempa mata uang deureuham.
Itu dia informasi selengkapnya tentang mata uang deureuham dari masa kerajaan Samudera Pasai dan Kerajaan Aceh. Semoga artikel ini dapat menambah wawasan, ya!
Artikel ini ditulis oleh Vania Dinda Azura, peserta program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka.
Dahulu sebelum mengenal uang sebagai alat tukar, bangsa Indonesia melakukan proses barter atau saling tukar menukar untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Namun seiring berkembangnya waktu, transaksi tidak lagi dilakukan secara barter karena telah mengenal sistem takaran, timbangan, dan mata uang.
Sejumlah kerajaan di bagian pantai timur Sumatera Hindia-Belanda telah menggunakan mata uang tertentu sebagai alat tukar perdagangan. Contohnya adalah deureuham yang merupakan mata uang emas pertama tertua di Nusantara.
Sejarah Deureuham
Dikutip dari buku Deureuham Aceh: Mata Uang Emas Tertua di Nusantara, Deureuham pertama kali ditemukan di Kerajaan Samudera Pasai pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Malik Al-Zahir (1297-1326 M). Kerajaan Aceh meniru mata uang deureuham setelah berhasil menaklukkan Samudera Pasai pada tahun 1624 M.
Kerajaan Aceh baru mengeluarkan mata uang emas sendiri pada masa pemerintahan Sultan Alaudin Riayatsyah Al-Kahar (1537-1568 M). Suatu hari Sultan Al-Kahar mengirim seorang utusan kepada Sultan Turki, hal yang sama juga dilakukan Sultan Turki dengan mengirim utusan ke Aceh.
Kepada orang-orang Turki ini Sultan Al-Kahar meminta dibuatkan mata uang emas dengan nama deureuham. Mutu emas yang akan ditukar harus memenuhi syarat yaitu sikureueng mutu (Sembilan mutu).
Bentuk Deureuham
Baik mata uang deureuham yang berasal dari Kerajaan Samudera Pasai maupun Kerajaan Aceh sama-sama berbentuk bulat, kecil, tipis, berdiameter 1 cm, memiliki berat tidak lebih dari 9 grein Inggris (1 grein = 0,583 gram) dan umumnya terbuat dari emas 18 karat.
Terdapat huruf-huruf pada kedua sisi deureuham yang dicetak timbul dengan aksara Arab yang relatif kasar. Di sisi depan deureuham terdapat nama Sultan dengan gelar Malik az-Zahir. Gelar ini berlaku pada deureuham dari Kerajaan Pasai maupun deureuham dari Kerajaan Aceh. Hal ini dikarenakan sultan-sultan Kerajaan Aceh meniru kebiasaan sultan-sultan Kerajaan Pasai dengan mencantumkan gelar Malik az-Zahir pada deureuham mereka.
Namun pada masa pemerintahan Sultan Ali Riayat Syah (1571-1579 M) deureuham tidak lagi menggunakan gelar ini lagi.
Di sisi belakang deureuham terdapat tulisan berbentuk ungkapan yang berbunyi as sultan al adil, seperti deureuham Kerajaan Pasai. Ungkapan ini juga masih digunakan hingga masa pemerintahan Sultan Alaiddin Riayat Syah Al-Mukammil (1589-1604 M). Akan tetapi pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1636 M) ungkapan ini tidak digunakan lagi.
Produksi deureuham berhenti pada masa pemerintahan Tajul Alam Safiatuddin Syah. Sesudah pemerintahan Tajul Alam Safiatuddin Syah, tidak ada lagi sultan yang menempa mata uang deureuham.
Itu dia informasi selengkapnya tentang mata uang deureuham dari masa kerajaan Samudera Pasai dan Kerajaan Aceh. Semoga artikel ini dapat menambah wawasan, ya!
Artikel ini ditulis oleh Vania Dinda Azura, peserta program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka.
No comments: