Ads Top

Menguak Sejarah Marelan, Dulunya Wilayah Perkebunan


Marelan merupakan salah satu dari 21 kecamatan di Kota Medan. Marelan juga dianggap sebagai wilayah yang sangat terbatas. Namun siapa sangka, Marelan dulunya adalah tempat yang hanya bercocok tanam.

 

Marelan, yang dulunya merupakan perkebunan, konon lebih dikenal dengan nama Maryland. Nama Maryland sendiri diyakini berasal dari sebuah kapal yang berada di Amsterdam, Belanda.

 

Spekulasi ini muncul setelah pencarian kecil-kecilan pada tahun 2006 menemukan sebuah kapal bernama Maryland. “Atau nama kapal yang akhirnya mendapat nama Maryland masih simpang siur,” kata sejarawan junior dan akademisi USU Mr. kata Azis Rizky Lubis. Batas wilayah Maryland tidak berubah seperti sekarang. Maryland berbatasan dengan kabupaten Helvetia dan Labuhan. Lambat laun, karena banyaknya pendatang dari daerah sekitar Kesultanan Deli, wilayah Maryland berubah peranannya. Dulunya merupakan perkebunan, kini menjadi rumah. Menurut Azis, pesatnya berkembangnya kota di Marelan karena dekat dengan kawasan lahan basah Labuhan.

 

“Iya, karena wilayahnya berbatasan dengan Kabupaten Labuhan yang merupakan tempat tinggal masyarakat,” jelasnya. Sedangkan dalam artikel berjudul Kota Perkebunan di Sisi Timur Sumatera 1870-1942 karya Dirk A. Buiskool menyebutkan nama Maryland berasal dari nama Inggris. Maryland berasal dari nama sebuah negara bagian di Amerika Serikat yang dulunya diduduki oleh Inggris.

 

Reorganisasi Marelan dimulai di bawah pimpinan H. Bakhtiar Jafar. Disahkannya nama Marelan sebagai kabupaten baru di Kota Medan adalah meterai Peraturan Pemerintah (PP) No. 35 Tahun 1992. “Penggunaan nama Marelan sebagai nama salah satu kecamatan di Kota Medan dimulai pada tahun 1992,” seperti dilansir situs resmi Universitas STEKOM.

 

Saat ini, berdasarkan data BPS Kota Medan tahun 2021, diperkirakan terdapat 185.191 jiwa yang bertempat tinggal di Marelan. Jumlah tersebut meningkat dibandingkan tahun 2020 sebanyak 182.515 orang.

 

Efek suara 

Peralihan dari Maryland ke Marelan didasarkan pada perubahan nada bahasa. “Ini yang disebut gerakan fonologis,” kata Elza Leyli Lisnora Saragih, ahli bahasa Universitas HKBP Nommensen Medan.

 

Selain itu, keberadaan variabel ini dipengaruhi oleh berbagai faktor. Misalnya saja adanya pengaruh aksen dan pengaruh budaya lain.

 

Selain itu, hal ini juga diperkuat karena adanya kesepakatan di kalangan masyarakat untuk mengubah bahasa tersebut ke bentuk lain yang sesuai dengan nilai dan budaya masyarakat. Hal ini sering dilakukan dalam bahasa asing. Seringkali, perubahan kata seperti Maryland menjadi Marelan disebabkan oleh perubahan bunyi bahasa lokal. Perubahan inilah yang menjadi alasan masuknya bahasa dominan di wilayah tersebut.

 

Contoh paling umum dari perubahan fonetik adalah ketika orang mengubah pengucapan atau bunyi suatu kata agar sesuai dengan dialek lokalnya. Hal ini dapat menyebabkan variasi pengucapan antar daerah. Misalnya dalam bahasa Inggris, kata 'water' bisa diucapkan berbeda di berbagai tempat di Amerika Serikat, Inggris, atau Australia,” jelas Elza.


Marelan merupakan salah satu dari 21 kecamatan di Kota Medan. Marelan juga dianggap sebagai wilayah yang sangat terbatas. Namun siapa sangka, Marelan dulunya adalah tempat yang hanya bercocok tanam.

 

Marelan, yang dulunya merupakan perkebunan, konon lebih dikenal dengan nama Maryland. Nama Maryland sendiri diyakini berasal dari sebuah kapal yang berada di Amsterdam, Belanda.

 

Spekulasi ini muncul setelah pencarian kecil-kecilan pada tahun 2006 menemukan sebuah kapal bernama Maryland. “Atau nama kapal yang akhirnya mendapat nama Maryland masih simpang siur,” kata sejarawan junior dan akademisi USU Mr. kata Azis Rizky Lubis. Batas wilayah Maryland tidak berubah seperti sekarang. Maryland berbatasan dengan kabupaten Helvetia dan Labuhan. Lambat laun, karena banyaknya pendatang dari daerah sekitar Kesultanan Deli, wilayah Maryland berubah peranannya. Dulunya merupakan perkebunan, kini menjadi rumah. Menurut Azis, pesatnya berkembangnya kota di Marelan karena dekat dengan kawasan lahan basah Labuhan.

 

“Iya, karena wilayahnya berbatasan dengan Kabupaten Labuhan yang merupakan tempat tinggal masyarakat,” jelasnya. Sedangkan dalam artikel berjudul Kota Perkebunan di Sisi Timur Sumatera 1870-1942 karya Dirk A. Buiskool menyebutkan nama Maryland berasal dari nama Inggris. Maryland berasal dari nama sebuah negara bagian di Amerika Serikat yang dulunya diduduki oleh Inggris.

 

Reorganisasi Marelan dimulai di bawah pimpinan H. Bakhtiar Jafar. Disahkannya nama Marelan sebagai kabupaten baru di Kota Medan adalah meterai Peraturan Pemerintah (PP) No. 35 Tahun 1992. “Penggunaan nama Marelan sebagai nama salah satu kecamatan di Kota Medan dimulai pada tahun 1992,” seperti dilansir situs resmi Universitas STEKOM.

 

Saat ini, berdasarkan data BPS Kota Medan tahun 2021, diperkirakan terdapat 185.191 jiwa yang bertempat tinggal di Marelan. Jumlah tersebut meningkat dibandingkan tahun 2020 sebanyak 182.515 orang.

 

Efek suara 

Peralihan dari Maryland ke Marelan didasarkan pada perubahan nada bahasa. “Ini yang disebut gerakan fonologis,” kata Elza Leyli Lisnora Saragih, ahli bahasa Universitas HKBP Nommensen Medan.

 

Selain itu, keberadaan variabel ini dipengaruhi oleh berbagai faktor. Misalnya saja adanya pengaruh aksen dan pengaruh budaya lain.

 

Selain itu, hal ini juga diperkuat karena adanya kesepakatan di kalangan masyarakat untuk mengubah bahasa tersebut ke bentuk lain yang sesuai dengan nilai dan budaya masyarakat. Hal ini sering dilakukan dalam bahasa asing. Seringkali, perubahan kata seperti Maryland menjadi Marelan disebabkan oleh perubahan bunyi bahasa lokal. Perubahan inilah yang menjadi alasan masuknya bahasa dominan di wilayah tersebut.

 

Contoh paling umum dari perubahan fonetik adalah ketika orang mengubah pengucapan atau bunyi suatu kata agar sesuai dengan dialek lokalnya. Hal ini dapat menyebabkan variasi pengucapan antar daerah. Misalnya dalam bahasa Inggris, kata 'water' bisa diucapkan berbeda di berbagai tempat di Amerika Serikat, Inggris, atau Australia,” jelas Elza.

No comments:

Powered by Blogger.