Ulama Aceh Minta Warga Tak Diprovokasi Agar Tolak Rohingya
Ketua Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh Teungku Faisal Ali meminta sebagian pihak tidak menghasut warga untuk menolak kedatangan imigran Rohingya di wilayahnya. Ia juga meminta pemerintah pusat tidak mengabaikan permasalahan asing. “Kami bilang wajib terima. Cuma kendalanya ada pertemuan yang meresahkan masyarakat,” kata Faisal saat dimintai konfirmasi wartawan, Senin (20/11/2023). Pria yang akrab disapa Lem Faisal ini menyayangkan ada pihak yang sengaja menyinggung masyarakat. Ia mengimbau seluruh anggota memberikan layanan dan bantuan yang diperlukan untuk kedatangan imigran baru. “Nanti kita lihat situasinya bagaimana, tapi mari kita terima dulu di tempat yang tepat dan bantu apa yang bisa kita lakukan,” jelasnya.
Lem Faisal juga mengkritik pemerintah pusat yang tidak angkat bicara soal keberadaan Rohingya di Aceh. Menurutnya, pemerintah federal telah menelantarkan etnis Rohingya di Tanah Rencong dan tidak peduli.
“Yang kami sayangkan adalah sikap pemerintah federal, karena kasus pengungsi Rohingya bukanlah kasus baru, bahkan sudah berkali-kali terjadi. Lem Faisal melanjutkan, “Pemerintah pusat mengalihkan perhatiannya terhadap penderitaan masyarakat Rohingya yang terjebak di Aceh.”
Diketahui, warga Bireuen dan Aceh Utara menolak kedatangan warga Rohingya yang tiba pada Kamis (16/11). Migran tersebut tiba di Desa Ulee Madon, Kecamatan Muara Dua, Aceh Utara, namun enam jam kemudian, ia disuruh kembali melaut.
“Mereka tetap melakukan aksi karena masyarakat menolak kekuasaan dan melakukan kekerasan,” kata Kapolsek Lhokseumawe AKBP Henki Ismanto saat dimintai konfirmasi detikSumut, Kamis (16/11). Imigran tersebut melanjutkan perjalanan pada pukul 22.00 WIB. Penduduk desa juga memperbaiki perahu yang ada dan menyediakan perbekalan untuk perjalanan mereka. Selain itu, warga desa juga membantu mereka dengan memberikan bahan bakar dan menyuruh mereka melanjutkan perjalanan. Menurut Henki, masyarakat menolak kehadiran migran Rohingya karena tidak ada tempat berlindung di sana dan tidak ada pengalaman sebelumnya. “Para pengungsi yang mengungsi tidak menjaga kebersihan dan tidak menjunjung hukum dan adat istiadat Islam di masyarakat,” jelas Henki.
Ketua Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh Teungku Faisal Ali meminta sebagian pihak tidak menghasut warga untuk menolak kedatangan imigran Rohingya di wilayahnya. Ia juga meminta pemerintah pusat tidak mengabaikan permasalahan asing. “Kami bilang wajib terima. Cuma kendalanya ada pertemuan yang meresahkan masyarakat,” kata Faisal saat dimintai konfirmasi wartawan, Senin (20/11/2023). Pria yang akrab disapa Lem Faisal ini menyayangkan ada pihak yang sengaja menyinggung masyarakat. Ia mengimbau seluruh anggota memberikan layanan dan bantuan yang diperlukan untuk kedatangan imigran baru. “Nanti kita lihat situasinya bagaimana, tapi mari kita terima dulu di tempat yang tepat dan bantu apa yang bisa kita lakukan,” jelasnya.
Lem Faisal juga mengkritik pemerintah pusat yang tidak angkat bicara soal keberadaan Rohingya di Aceh. Menurutnya, pemerintah federal telah menelantarkan etnis Rohingya di Tanah Rencong dan tidak peduli.
“Yang kami sayangkan adalah sikap pemerintah federal, karena kasus pengungsi Rohingya bukanlah kasus baru, bahkan sudah berkali-kali terjadi. Lem Faisal melanjutkan, “Pemerintah pusat mengalihkan perhatiannya terhadap penderitaan masyarakat Rohingya yang terjebak di Aceh.”
Diketahui, warga Bireuen dan Aceh Utara menolak kedatangan warga Rohingya yang tiba pada Kamis (16/11). Migran tersebut tiba di Desa Ulee Madon, Kecamatan Muara Dua, Aceh Utara, namun enam jam kemudian, ia disuruh kembali melaut.
“Mereka tetap melakukan aksi karena masyarakat menolak kekuasaan dan melakukan kekerasan,” kata Kapolsek Lhokseumawe AKBP Henki Ismanto saat dimintai konfirmasi detikSumut, Kamis (16/11). Imigran tersebut melanjutkan perjalanan pada pukul 22.00 WIB. Penduduk desa juga memperbaiki perahu yang ada dan menyediakan perbekalan untuk perjalanan mereka. Selain itu, warga desa juga membantu mereka dengan memberikan bahan bakar dan menyuruh mereka melanjutkan perjalanan. Menurut Henki, masyarakat menolak kehadiran migran Rohingya karena tidak ada tempat berlindung di sana dan tidak ada pengalaman sebelumnya. “Para pengungsi yang mengungsi tidak menjaga kebersihan dan tidak menjunjung hukum dan adat istiadat Islam di masyarakat,” jelas Henki.
No comments: