Ads Top

5 Hal yang Disampaikan Edy Rahmayadi saat Rapat TKD AMIN Sumut


Kelompok Media Lokal (TKD) Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (AMIN) menggelar rapat organisasi. Edy Rahmayadi selaku Ketua TKD AMIN Sumut memimpin pertemuan tersebut. Dalam pertemuan yang digelar Rabu (30/11) di DPW Partai NasDem Sumut (Sumut), Edy menyampaikan banyak hal penting. Apakah mereka? Berikut rangkumannya.

 

5 poin dari pidato Edy Rahmayadi pada pertemuan TKD AMIN Sumut 

1. Secara emosional, Edy mendukung Prabowo 

Gubernur Sumatera Utara (Gubsu) periode 2018-2023 mengaku calon presiden ke-2, Prabowo Subianto, merupakan atasannya saat masih bertugas di TNI AD. Secara emosional, dia setuju bahwa dia harus mendukung Prabowo. “Saya kalau ditanya sebenarnya saya mau ke mana (siapa yang saya dukung), sesuai emosi saya pilih nomor dua (Prabowo-Gibran),” kata Edy dalam ucapannya.

 

Tak hanya berkat mantan bosnya, Edy juga mengenal baik Prabowo. "Karena dia bos saya yang lama. Dan saya kenal dia," ucapnya. 2. Alasan Edy tidak mendukung Prabowo adalah karena ingin perubahan 

Namun keputusan akhir ada pada pemilihan mitra AMIN. Bahkan, ia kini dipercaya menjadi Ketua TKD AMIN se-Sumut.

 

Diakui Edy, perubahan yang diajukan AMIN menjadi salah satu alasan dirinya bergabung. “Kenapa saya tidak ke sana (Prabowo), kalau diminta, saya mau berubah, yang berhak berubah hanya yang pertama,” jelas Edy.

 

3. Edy mengatakan, perubahan diperlukan di bidang sosial 

Perubahan yang diajukan Edy berdampak pada situasi sosial saat ini. Banyak hal akan berubah seiring dengan perubahan situasi hubungan. “Yang berubah adalah situasi sosialnya. Banyak sekali,” kata Edy. 

 

Edy mengatakan, kondisi sosial yang dibicarakannya meliputi ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, keamanan dan keselamatan. Ia kemudian memberikan penjelasan tentang perubahan yang diinginkannya.

 

“Ideologinya jelas ada TAP MPRS nomor 25. Segala sesuatu yang bersifat komunis di dunia Indonesia harus diberantas. Perintah presiden juga dikeluarkan. “Itu yang dikatakan Surya Paloh,” kata Edy.

 

Ia melanjutkan, “Saudara-saudaraku, kembalilah ke Pancasila dengan logika.” 4. Sindiran terhadap putusan Mahkamah Konstitusi 

Edy lantas menertawakan Mahkamah Konstitusi (MK). Edy menilai PTUN sudah tidak independen lagi dan bisa diatur.

 

“Kedua, politik. Mau bilang apa soal politik, di setiap negara di dunia pasti ada yang namanya MK. Dia berkata: "Peradilan adalah malaikat bangsa, dan hal ini dikendalikan." Mantan Gubernur Sumut itu kemudian angkat bicara soal berkumpulnya para pemimpin daerah untuk kepentingan politik. Ia juga berbicara mengenai pertumbuhan ekonomi pada masa pemerintahan Jokowi. "Ekonomi. Kalau di zaman Soeharto, saya tidak bilang kalau di zaman Sukarno, soekarno tidak punya pertumbuhan ekonomi seperti yang diharapkan, Soeharto punya 7 persen pertumbuhan ekonomi NKRI," kata Edy. “Pernah SBY masuk 5 persen. Pertanyaannya, pertumbuhan ekonomi sekarang bagaimana? 4 persen. Ini yang Pak. Surat Paloh mengatakan: bukalah matamu. Dia melanjutkan, "Kita sudah bicara tentang kekayaan, negara kita kaya."

 

5. Berkembangnya IKN hanya akan menambah permasalahan 

Lalu, Edy bercerita soal minimnya pengakuan sosial. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya warga yang mencari pekerjaan di Jakarta. “Kenapa masyarakat mengungsi ke Jakarta? Itu semua tanda ketimpangan. Kenapa tidak dibangun di kota mana pun, Kota Medan, Kota Palembang. Semua fokus pada bidangnya masing-masing,” ujarnya.

 

Edy juga mengkritisi pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) di Kalimantan Timur (Kaltim). Menurutnya, dengan banyaknya permasalahan yang ada, UU IKN justru akan memperparah permasalahan.

 

“Hei, dia mereformasi IKN, malah memperburuk masalah,” jelasnya.


Kelompok Media Lokal (TKD) Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (AMIN) menggelar rapat organisasi. Edy Rahmayadi selaku Ketua TKD AMIN Sumut memimpin pertemuan tersebut. Dalam pertemuan yang digelar Rabu (30/11) di DPW Partai NasDem Sumut (Sumut), Edy menyampaikan banyak hal penting. Apakah mereka? Berikut rangkumannya.

 

5 poin dari pidato Edy Rahmayadi pada pertemuan TKD AMIN Sumut 

1. Secara emosional, Edy mendukung Prabowo 

Gubernur Sumatera Utara (Gubsu) periode 2018-2023 mengaku calon presiden ke-2, Prabowo Subianto, merupakan atasannya saat masih bertugas di TNI AD. Secara emosional, dia setuju bahwa dia harus mendukung Prabowo. “Saya kalau ditanya sebenarnya saya mau ke mana (siapa yang saya dukung), sesuai emosi saya pilih nomor dua (Prabowo-Gibran),” kata Edy dalam ucapannya.

 

Tak hanya berkat mantan bosnya, Edy juga mengenal baik Prabowo. "Karena dia bos saya yang lama. Dan saya kenal dia," ucapnya. 2. Alasan Edy tidak mendukung Prabowo adalah karena ingin perubahan 

Namun keputusan akhir ada pada pemilihan mitra AMIN. Bahkan, ia kini dipercaya menjadi Ketua TKD AMIN se-Sumut.

 

Diakui Edy, perubahan yang diajukan AMIN menjadi salah satu alasan dirinya bergabung. “Kenapa saya tidak ke sana (Prabowo), kalau diminta, saya mau berubah, yang berhak berubah hanya yang pertama,” jelas Edy.

 

3. Edy mengatakan, perubahan diperlukan di bidang sosial 

Perubahan yang diajukan Edy berdampak pada situasi sosial saat ini. Banyak hal akan berubah seiring dengan perubahan situasi hubungan. “Yang berubah adalah situasi sosialnya. Banyak sekali,” kata Edy. 

 

Edy mengatakan, kondisi sosial yang dibicarakannya meliputi ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, keamanan dan keselamatan. Ia kemudian memberikan penjelasan tentang perubahan yang diinginkannya.

 

“Ideologinya jelas ada TAP MPRS nomor 25. Segala sesuatu yang bersifat komunis di dunia Indonesia harus diberantas. Perintah presiden juga dikeluarkan. “Itu yang dikatakan Surya Paloh,” kata Edy.

 

Ia melanjutkan, “Saudara-saudaraku, kembalilah ke Pancasila dengan logika.” 4. Sindiran terhadap putusan Mahkamah Konstitusi 

Edy lantas menertawakan Mahkamah Konstitusi (MK). Edy menilai PTUN sudah tidak independen lagi dan bisa diatur.

 

“Kedua, politik. Mau bilang apa soal politik, di setiap negara di dunia pasti ada yang namanya MK. Dia berkata: "Peradilan adalah malaikat bangsa, dan hal ini dikendalikan." Mantan Gubernur Sumut itu kemudian angkat bicara soal berkumpulnya para pemimpin daerah untuk kepentingan politik. Ia juga berbicara mengenai pertumbuhan ekonomi pada masa pemerintahan Jokowi. "Ekonomi. Kalau di zaman Soeharto, saya tidak bilang kalau di zaman Sukarno, soekarno tidak punya pertumbuhan ekonomi seperti yang diharapkan, Soeharto punya 7 persen pertumbuhan ekonomi NKRI," kata Edy. “Pernah SBY masuk 5 persen. Pertanyaannya, pertumbuhan ekonomi sekarang bagaimana? 4 persen. Ini yang Pak. Surat Paloh mengatakan: bukalah matamu. Dia melanjutkan, "Kita sudah bicara tentang kekayaan, negara kita kaya."

 

5. Berkembangnya IKN hanya akan menambah permasalahan 

Lalu, Edy bercerita soal minimnya pengakuan sosial. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya warga yang mencari pekerjaan di Jakarta. “Kenapa masyarakat mengungsi ke Jakarta? Itu semua tanda ketimpangan. Kenapa tidak dibangun di kota mana pun, Kota Medan, Kota Palembang. Semua fokus pada bidangnya masing-masing,” ujarnya.

 

Edy juga mengkritisi pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) di Kalimantan Timur (Kaltim). Menurutnya, dengan banyaknya permasalahan yang ada, UU IKN justru akan memperparah permasalahan.

 

“Hei, dia mereformasi IKN, malah memperburuk masalah,” jelasnya.

No comments:

Powered by Blogger.